Bukan Saya yang Sebenar-benarnya

Setiap orang punya sisi gelap, sisi terang, sisi kanan, sisi kiri
Tapi mereka nggak punya satu sisi : SISI-pan
Karena SISI-pan hanyalah tambahan

21 Juli 2013

Namaku "Cantik"

Awalnya aku kaku, diam tak berkutik. Kemudian ia menyapaku, menanyakan namaku, aku diam. Aku takut jika ia mengetahui namaku, aku sendiri tidak tahu datang dari mana ketakutan itu. Ia terus mendesakku, tapi aku tetap diam.

Rasanya semakin berdebar, aku pun menggigit bibir bawahku dan menatap lantai yg terlihat hampa. Apa yang harus kulakukan? Memberi tahukan  namaku? Aku sendiri takut ketika menyebutnya. Nama yang sebenarnya tidak terlalu buruk, tapi kedengarannya klise.

"Harus kah aku yang memperkenalkan diri duluan?," aku menengok ke arahnya, laki laki itu tersenyum, terlihat manis dengan lesung pipi di kanan dan kirinya. Senyumnya seolah tidak dibuat buat.

Entah bagaimana rasanya aku juga ingin memperkenalkan namaku, ya Tuhan, senyum seperti sihir yang dengan mudah membuatku berubah pikiran.

"Namaku Yusuf," dia mengulurkan tangannya yang terlihat besar, ia tidak ragu saat melakukannya bahkan terlihat sangat bersemangat sekali, "jadi siapa namamu?" haruskah aku merobohkan tembok pertahananku ini? Membiarkannya tahu namaku dan ia akan menertawakanku?

"Namaku Cantik." Kataku akhirnya, aku benar benar tersihir oleh senyumnya, dah bahkan matanya yang terlihat berkilat. Dia diam, membuatku merasakan takut ia akan menertawaiku.

Ia terlihat sedang berpikir, senyumnya yang manis menjadi hilang, rasanya aku ingin senyum itu selalu ada di wajahnya. "Emm... cantik...," sepertinya ia mulai mengetahui sesuatu, karena senyumnya telah kembali, "jadi, Cantik, memang cantik," hantaman yang berbeda! Rasa yang seperti ini baru aku rasakan sekarang. Rasa yang yang membuatku berbeda. Aku pun memalingkan wajahku dari Yusuf, takut jika wajahku memerah. "Namamu Cantik sesuai ya, kamu cantik." Dan saat ini aku benar benar tidak bisa menyembunyikan senyumku darinya.

"Terima kasih, Kamu juga sama, namamu Yusuf, terlihat ganteng." Kataku dengan malu malu, dan dia pun tertawa. Ya Tuhan, biarkan ia tetap di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar