Kuning menyala ramaikan malam
Kunang-kunang nan indah
Sepinya malam bagai gaduhnya siang
Kutanya kawanan jangkrik
Bagaimana bunyinya
Tikus menjawab, cit cit cit
Beri segumpal keju tak bisa buat mereka diam
Kumpulkan ribuan mereka, bau merekah
Lalu datang seekor musang
Mencari mangsa nan enak
Matilah ayam tetangga
Sungguh, kukira ayam mati karena beradu sesama
Kemudian kulihat atap bumi
Penuh sinar berkelip
Dan ada cahaya bulat besar, bulan namanya
Teringat lagu dulu
Ambilankan bulanbu
Kukira astronot jawabannya
Ternyata mimpi
Dunia nyata dan dunia maya itu berbeda, sama kayak ayam dan bebek, mereka juga beda. Walaupun mereka beda, mereka tetap unggas dan kalaupun dunia nyata dan dunia maya berbeda, tetap aja IT'S TEMMY
Bukan Saya yang Sebenar-benarnya
Setiap orang punya sisi gelap, sisi terang, sisi kanan, sisi kiri
Tapi mereka nggak punya satu sisi : SISI-pan
Karena SISI-pan hanyalah tambahan
14 Juni 2015
12 Juni 2015
Surat untuk Kamu
Hai, kamu?
Aku gak tau, kamu itu siapa. Tapi jelas surat ini untuk kamu. Aku gak berani bilang siapa kamu itu, karena bagiku, kamu adalah rahasiaku.
Kalau aku boleh sekali saja memutar waktu, aku ingin kita tidak pernah bertemu. Karena aku tahu, akibat pertemuan itu kamu dan aku saling mengenal, kemudian kita saling menyakiti dan berpisah. Itu sakit.
Peremuan kita saat itu pun terbilang singkat, benar-benar singkat. Akan kubuat kamu mengingatnya kembali
Sore hari, angin yang cukup kencang berhasil membuatku berdiam di toko kecil pinggir jalan, dari perkiraan cuaca yang kudengar pagi tadi memang akan terjadi badai, tapi aku tidak mengira badainya bisa sedahsyat ini, berbicara dan membuka mata saja rasanya takut-takut.
Sudah lebih dari setengah jam aku menunggu di toko kecil ini, aku tidak berani melawan angin kencang, bisa-bisa aku terbawa olehnya karena berat badanku juga ringan. Bisa kubilang, aku sangat kurus? Ya, teman-temanku bilang aku seperti papan yang tipis. Entahlah aku harus tersinggung atau tidak.
"Huaahh! Gue harus cepet-cepet nyampe rumah! Harus cepet!" Suara cempreng dan keras itu berhasil mengambil perhatianku. Anak perempuan seumuranku itu berlari sambil memgangi kantung-kantung plastik, seperti habis belanja. Karena aku memperhatikannya terus-menerus, ia menoleh dan tersenyum padaku.
"Hei! Cepet pulang anginnya kenceng!" katanya dan kemudian dia terbatuk.
"Haha, pasti. Hati-hati!" kataku, kemudian dia berlalu.
Lalu kemudian kita bertemu lagi, di tempat yang berbeda. Seminggu setelahnya kamu mengunjungi rumahku dengan tujuan ingin mengenal tetangga baru. Aku senang kita bisa bertemu lagi, tapi sepertinya tidak dengan kamu yang justru menampilkan wajah kusutmu saat bertamu di rumahku. Aku pikir kamu tidak suka aku, tapi ternyata wajahmu seperti itu karena kamu baru bangun tidur.
"Maaf ya, muka gue kusut banget. Nyokap tiba-tiba minta anterin ke rumah lo di saat gue lagi ngantuk-ngantuknya." Dia bercerita tanpa aku minta, kami berada di halaman belakang rumahku.
"Oiya, kenalin, gue Tya. Nama lo?" Ia mengulurkan tangannya.
"Gue Sena. Btw, lo cewek gue cowok. Tapi seakan lo menganggap gue cewek juga. Gue gak terima," kataku dengan nada tidak suka. Aku hanya bercanda.
"Hehehe, maaf, Sen, dulu gue sekolah asrama putri, ketemunya cewek-cewek terus, jadi terima nasib aja ya, tetangga baru?" Dia tertawa, menggemaskan.
"Udah biasa sih sama nyokap gue digituin, tenang aja. Btw lo gak apa-apa abis makin angin minggu lalu?" tanyaku dan dibalas tawa olehnya.
"Hahaha yaampun, lo harus tau gara-gara minggu lalu itu, badan gue merah-merah dikerokin, udah bisa jadi benderanya banteng kali tuh."
Dan setelah itu, kita berteman baik. Kamu sering berkunjung ke rumahku dan begitu sabaliknya. Sampai aku menjadi orang ketiga antara sepupumu dan pacarnya. Dan bodohnya aku yang hanya fokus pada dia.
"Sen, lo tuh terlalu melihat gue. Apa lo gak pernah coba sekali aja gak ngeliat gue dan coba liat yang lain? Dia nunggu lo, dia sabar sama lo. Gue yang merasa bersalah sama dia, Sen! Dan gue udah punya pacar, Sena! So, please, you must open your eyes and see!" Wajah Kamel memerah, aku tahu dia marah. Aku berhasil menjadi parasit dalam hubungannya.
"Tapi gue cuma mau lo, Mel. Gue sayangnya sama lo."
"Tapi gue sayang sama Arvin, Sen! Tolong hargain gue."
Kamu, Tya. Kamu pergi dan aku pergi. Semoga tujuan akhir kita sama.
Kamu, rahasiaku. Semoga kita bertemu.
Aku gak tau, kamu itu siapa. Tapi jelas surat ini untuk kamu. Aku gak berani bilang siapa kamu itu, karena bagiku, kamu adalah rahasiaku.
Kalau aku boleh sekali saja memutar waktu, aku ingin kita tidak pernah bertemu. Karena aku tahu, akibat pertemuan itu kamu dan aku saling mengenal, kemudian kita saling menyakiti dan berpisah. Itu sakit.
Peremuan kita saat itu pun terbilang singkat, benar-benar singkat. Akan kubuat kamu mengingatnya kembali
Sore hari, angin yang cukup kencang berhasil membuatku berdiam di toko kecil pinggir jalan, dari perkiraan cuaca yang kudengar pagi tadi memang akan terjadi badai, tapi aku tidak mengira badainya bisa sedahsyat ini, berbicara dan membuka mata saja rasanya takut-takut.
Sudah lebih dari setengah jam aku menunggu di toko kecil ini, aku tidak berani melawan angin kencang, bisa-bisa aku terbawa olehnya karena berat badanku juga ringan. Bisa kubilang, aku sangat kurus? Ya, teman-temanku bilang aku seperti papan yang tipis. Entahlah aku harus tersinggung atau tidak.
"Huaahh! Gue harus cepet-cepet nyampe rumah! Harus cepet!" Suara cempreng dan keras itu berhasil mengambil perhatianku. Anak perempuan seumuranku itu berlari sambil memgangi kantung-kantung plastik, seperti habis belanja. Karena aku memperhatikannya terus-menerus, ia menoleh dan tersenyum padaku.
"Hei! Cepet pulang anginnya kenceng!" katanya dan kemudian dia terbatuk.
"Haha, pasti. Hati-hati!" kataku, kemudian dia berlalu.
Lalu kemudian kita bertemu lagi, di tempat yang berbeda. Seminggu setelahnya kamu mengunjungi rumahku dengan tujuan ingin mengenal tetangga baru. Aku senang kita bisa bertemu lagi, tapi sepertinya tidak dengan kamu yang justru menampilkan wajah kusutmu saat bertamu di rumahku. Aku pikir kamu tidak suka aku, tapi ternyata wajahmu seperti itu karena kamu baru bangun tidur.
"Maaf ya, muka gue kusut banget. Nyokap tiba-tiba minta anterin ke rumah lo di saat gue lagi ngantuk-ngantuknya." Dia bercerita tanpa aku minta, kami berada di halaman belakang rumahku.
"Oiya, kenalin, gue Tya. Nama lo?" Ia mengulurkan tangannya.
"Gue Sena. Btw, lo cewek gue cowok. Tapi seakan lo menganggap gue cewek juga. Gue gak terima," kataku dengan nada tidak suka. Aku hanya bercanda.
"Hehehe, maaf, Sen, dulu gue sekolah asrama putri, ketemunya cewek-cewek terus, jadi terima nasib aja ya, tetangga baru?" Dia tertawa, menggemaskan.
"Udah biasa sih sama nyokap gue digituin, tenang aja. Btw lo gak apa-apa abis makin angin minggu lalu?" tanyaku dan dibalas tawa olehnya.
"Hahaha yaampun, lo harus tau gara-gara minggu lalu itu, badan gue merah-merah dikerokin, udah bisa jadi benderanya banteng kali tuh."
Dan setelah itu, kita berteman baik. Kamu sering berkunjung ke rumahku dan begitu sabaliknya. Sampai aku menjadi orang ketiga antara sepupumu dan pacarnya. Dan bodohnya aku yang hanya fokus pada dia.
"Sen, lo tuh terlalu melihat gue. Apa lo gak pernah coba sekali aja gak ngeliat gue dan coba liat yang lain? Dia nunggu lo, dia sabar sama lo. Gue yang merasa bersalah sama dia, Sen! Dan gue udah punya pacar, Sena! So, please, you must open your eyes and see!" Wajah Kamel memerah, aku tahu dia marah. Aku berhasil menjadi parasit dalam hubungannya.
"Tapi gue cuma mau lo, Mel. Gue sayangnya sama lo."
"Tapi gue sayang sama Arvin, Sen! Tolong hargain gue."
Kamu, Tya. Kamu pergi dan aku pergi. Semoga tujuan akhir kita sama.
Kamu, rahasiaku. Semoga kita bertemu.
Masalah? Setiap Inci
Jadi?
Hai, gue Temmy! Gue masih di sini, masih jarang banget ngepost, tapi masih sering berkhayal kok :)
Kayaknya gue ngepost enam bulan sekali ya kalau di liat-liat post-an gue? Haha, ya abis gimana ya, ada faktor males dan faktor mager dan banyak faktor lagi yang mempengaruhi.
Dari terakhir gue ngepost, ada banyak banget cerita yang sampe gue lupa apa aja yang udah gue lewatin selama enam bulan terakhir ini. Banyak cerita, entah itu berhasil bikin gue ketawa sampe sakit perut atau bikin gue nangis ngejer. Dari keluarga gue, temen gue sampe orang yang gak gue kenal. Dan lagi, ini blog gue. Dan suka-suka gue mau melakukan apa sama blog gue. :) Gue hanya melakukan apa yang gue mau dan suka.
Dari enam bulan terakhir ini, gue sadar masalah setiap orang, dimulai dari diri dia sendiri, berlanjut ke keluarganya, temannya, pelajarannya, pekerjaannya semua beda! Dan terkadang keinginan gue untuk menjadi orang lain berasa langsung ditepis begitu gue mengingat masalah orang lain. Gue sadar, gak cuma gue doang di dunia ini yang punya masalah, temen gue mungkin punya masalah yang lebih besar, yang bahkan gue sendiri gak tau gimana bantu dia nyelesaiinnya. Yaa gue bukan pemberi nasihat yang baik dan gue bukan pelaku yang baik juga untuk ngejalanin nasihat.
Bagi gue masalah yang paling berat itu dimulai dari diri sendiri. Siapa yang tau sih pikiran orang lain, bahkan ya, gue sendiri gak tau apa sih yang sebenernya gue pikirin. Setelah diri sendiri, maslah keluarga. Itu masalah besar yang bisa menghubungkan kesegala-galanya. Kalo lo ada masalah sama keluarga, lebih baik diselesaiin secepatnya karena bisa aja masalahnya merembet kemana-mana, ke diri lo dan orang disekitar lo. Gue mungkin gak punya masalah yang besar sama keluarga gue but tetep aja pasti adalah. Setelah itu temen, punya masalah sama temen gak berarti lebih baik dari pada punya masalah di keluarga. Huufthhhhhh pokoknya masalah tuh gak akan pernah lepas seinci pun dari kita.
Gue mau cerita banyaakkk banget! Tapi gue udah lupa mau nyeritain apa dan bingung gimana ceritainnya. Gue pengen banget nyeritain masalah "ini" ke seseorang but I can't gue gak berani, entah kenapa wkwk lucu ya, apalagi kalau gue inget gue pernah nulis lebih baik cerita masalah ke orang lain dari pada disimpen sendiri di essay LIA HAHAH, berasa munafik :)
Langganan:
Postingan (Atom)